Kolatera.com – Ikhlas dalam beramal sejatinya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan mengupayakan sepenuhnya untuk beribadah. Maka dari itu, terlebih dahulu seseorang perlu menata niat, niat yang lurus dan kuat.
Imam Ghazali menjelaskan, ikhlas beribadah dilakukan bersamaan dengan yang dikerjakan. Maka dari awal sampai akhir, seseorang seyogianya terus mengerjakan dengan ikhlas.
Selain menjelaskan tentang ikhlas dalam beribadah, Imam al-Ghazali juga menjelaskan tentang ikhlas dalam memohon pahala kepada Allah SWT.
Menurut al-Ghazali, yang dimaksud ikhlas dalam memohon pahala adalah mencari kemanfaatan akhirat dengan amal baik. Sebab, pahala sejatinya didapat dengan amal baik yang dibarengi dengan niat baik serta keikhlasan.
Maka di dalam hati tidak boleh terdapat sifat riya’. Jika ada, maka amalnya akan gugur dan tidak bisa mendapat pahala atau kemanfaatan di sisi-Nya. Sejatinya seseorang itu tidak perlu ada embel-embel dalam memohon pahala kepada Allah SWT.
Dkitabnya yang berjudul ” Minhajul Abidin”, filsuf dan teolog Muslim ternama itu menjelaskan sebagai berikut yang artinya:
“Ikhlas beramal adalah niat taqarrub kepada Allah SWT, dan niat mengagungkan perintah-perintah-Nya. Serta niat melaksanakan seruan-Nya.”
Rasulullah SAW, mengingatkan agar setiap perbuatan dilandasi dengan ikhlas. Keikhlasan ini pula yang menentukan semua amal diterima atau ditolak kelak. Rasulullah SAW telah memberikan contoh tentang tiga golongan yang amalan mereka justru disanggah langsung oleh Allah SWT. Alias, mereka tidak pernah melakukan apapun, kecuali amalnya tersebut tidak diniatkan untuk Allah SWT.
Hal itu telah dipesankan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits, yang ditakhrij oleh Imam Muslim. Berikut bunyi hadits yang artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Orang yang pertama kali diputuskan pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid di jalan Allah. Lalu dia didatangkan, kemudian Allah memperlihatkan kepadanya nikmat-Nya, maka dia pun mengenalinya.
Allah berkata, ‘Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?’ Orang tersebut berkata, ‘Aku telah berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid.’ Lalu Allah SWT berkata, ‘Engkau dusta, akan tetapi engkau melakukan itu supaya disebut sebagai seorang pemberani dan ucapan itu telah dilontarkan.’ Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), sampai dia pun dilemparkan di neraka.
Kemudian ada orang yang belajar agama dan mengajarkannya, serta membaca Alquran. Lalu orang itu didatangkan, lalu Allah SWT memperlihatkan nikmat-Nya dan orang itu pun mengenalinya. Allah berkata, ‘Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?’ Orang itu menjawab, ‘Aku telah belajar agama, mengajarkannya dan aku telah membaca Alquran.’
Allah berkata, ‘Engkau dusta, akan tetapi engkau belajar agama supaya disebut orang alim dan engkau membaca Alquran supaya disebut qari dan ucapan itu telah dilontarkan.’ Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, maka dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah) sampai dia pun dilemparkan di neraka.’
Kemudian ada seorang laki-laki yang diberikan kelapangan oleh Allah dan menganugerahinya segala macam harta. Lalu dia pun didatangkan, lalu Allah memperlihatkan nikmat-Nya itu dan orang itu pun mengenalinya. Allah SWT berkata, ‘Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?’
Orang itu mengatakan, ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan pun sebagai peluang untuk berinfak melainkan aku berinfak di situ semata-mata karena-Mu.’ Allah SWT berkata, ‘Kau bohong, kau melakukan seperti itu supaya disebut dermawan dan ucapan itu telah dilontarkan.’ Maka orang itu diperintahkan untuk dibawa, lalu dia pun diseret dengan wajahnya (terjerembab di tanah), kemudian dia dilemparkan di neraka.” *